Menapak Si Kepala Tiga

Menghela napas pagi-pagi, karena menyadari hari ini kata likur sudah menghilang dari deretan umurku.

Kepala tiga ternyata hari ini menyapaku. Yah, dengan semangat Senin yang menggebu meski rasanya kopi secangkir tak cukup mengobati rindu akhir pekan.

Umur 30 tahun menjadi pengingat bahwa aku bukan lagi setengah dewasa, aku harus menjadi dewasa seutuhnya. Melakukan adegan dewasa seperti umbah2 ompol bocah, bayar tagihan wifi bulanan, bayar sekolah anak, kebingungan setiap pagi buka kulkas ‘masak apa hari ini’?

So, hello 30 🙂

Mengarungi Lima Tahun Pertama

Hari ini, lima tahun yang lalu.

Masih terasa gegap gempita pesta pernikahan di telinga dan pikiranku. Ternyata sudah lima tahun berlalu. Sangat cepat, kurasa. Banyak hal yang pada akhirnya menjadi sebuah pembelajaran bagiku (dan dia).

Ustadz Cahyadi Takariawan, seorang konselor dan juga ustadz yang memberi kami nasehat pernikahan, sering menyebutkan bahwa 5 tahun pertama pernikahan itu fase bulan madu sekaligus fase krisis. Betapa banyak pasangan yang berpisah dalam rentang waktu lima tahun pertama pernikahan mereka.

Continue reading

Kenapa Tidak Menulis di Blog Lagi?

Sejujurnya ini pertanyaan rumit, gaes. Hahahha. Apakah karena aku malas? Atau karena alasan kesibukan yang tiada tara? Atau kehabisan inspirasi? Atau kenapa?

Pertanyaan ini pernah aku keluhkan ke suamiku. Di satu sisi aku merasa kangen dengan menulis. Tetapi di sisi lain ada sesuatu yang membuatku merasa ‘cukup’ dengan tidak menulis.

Dia bilang, “Karena kamu udah punya aku.”

Ah, iyakah? Masa iya gara-gara punya suami aku jadi males menulis? Ngeri betul, bestie.

Tetapi setelah berpikir dan merenung, ada benarnya juga. Hadirnya dia, sudah membuatku memiliki tempat sampah untuk bercerita semuanya. Segala hal yang beredar dan menjadi pikiran-pikiranku bisa aku ceritakan ke dia. Sedangkah biasanya penulis, perlu memiliki keresahan yang menjadi bahan tulisan. Baik berupa opini, artikel, bahkan fiksi.

Tetapi, hal ini tentunya tidak terlalu bagus buatku karena aku harus terus menulis. Aku mau terus menulis sampai aku tua.

Aku menengok lagi blog ini dan menemukan tentu saja, tulisan-tulisan lamaku. Ada rasa ingin menertawai diri sendiri. Kok bisa ya, dulu aku nulis kayak gitu? Tidak mencerminkan kematangan seseorang seusiaku blas, hahahaha. Tetapi ternyata di situlah seninya. Kita bisa melihat perkembangan hidup dan karakter seseorang dari tulisan-tulisan lamanya. Dan aku juga merasakan itu sekarang.

Baiklah, aku akan mengaktivasi lagi blog ini. Ya mau bagaimana lagi, tulisan-tulisan lamaku yang mayoritas berisi curhatan kegalauan masa muda, tidak mungkin kuhapus begitu saja, kan?

Yuk, menulis lagi 🙂

Jogja, 10 Februari 2022

Mendengarkan Laut Bercerita 4/30

Kemarin aku menyelesaikan buku pertamaku di 2021, yaitu Laut Bercerita yang ditulis oleh Leila S Chudori. Sebenarnya aku tidak begitu tahu buku ini, tapi aku baca di litbase twitter, banyak yang suka buku ini. Ratingnya juga bagus aku cek di goodreads.

Aku baru ngeh waktu baca blurb-nya, ternyata ini cerita tentang aktivis ’98 yang pada masa itu banyak diburu, diculik, dan hilang. Penasaran, akhirnya aku unduh di gramedia digital.

Nggak sampai 2 hari, aku tamatin buku ini. Sumpaaahh nyesek bangeet 😭

Sepanjang baca buku ini aku menahan nafas, tercekat takut, enggak nyaman, dll. Meskipun aku cukup banyak tahu kondisi sebelum peristiwa Reformasi, baca secara detil penyiksaan yang dialami juga kehilangan yang terjadi, tetap bikin aku lupa nafas. Pusing banget rasanya, ikut nyeri, luka, tersiksa juga. Apalagi penggambaran peristiwanya oleh tokoh pertama. Buk Leila bener2 dah, keren banget ini 😭

Pun dengan rasa kehilangan yang dialami Bapak Ibu Laut, Asmara, Anjani, dan teman2 mereka. Duh aku rasanya kebawa mau nangis sewaktu baca. Nangis yang enggak tahu gimana caranya mengikhlaskan seseorang yg udh lama ga ketemu lalu tiba2 menghilang tanpa jejak, tanpa tahu hidup atau mati sampai sekarang 😭

Paginya aku bangun dengan kepala sakit karena baru tidur jam 3 pagi. Sebelum suami berangkat kerja, kami sempat diskusi. Aku cerita ke dia, buku apa yang habis kubaca, akhirnya kami diskusi banyak hal. Sampai di ujung cerita, aku sempat tanya ke suamiku. Gimana ya kalau nanti di masa depan, anak2 kita memilih jalan menjadi aktivis, yang banyak bersinggungan dengan pemerintah dan aparat? Apa kita sbg orangtua siap? Apa kita bisa ikhlas sama jalan yang kita pilih?

Ya tahulah, banyak orang2 tua yang sekarang teriak2, “Mana anak muda? Mana suara mahasiswa dgn kondisi negara saat ini?”
Tapi coba tanyakan ke mereka, “Mana anakmu? Kamu mau kalau anakmu sendiri yg turun ke jalan? Gesekan dgn pemerintah? Diseret aparat? Kamu ikhlas Pak/Bu?”

Tanpa tedeng aling-aling, suamiku menjawab “Aku ikhlas kok sbg orangtua.”
Sekarang gantian aku yang terhenyak sembari mengamati anakku yang baru berusia 15 bulan mengejar bola mainan.

Membaca Lagi 3/30

Tahun 2020 meskipun di rumah saja, aku enggak berhasil menyelesaikan banyak bacaan. Mungkin hanya sekitar 5 buku saja aku selesaikan. Agak payah sih tapi aku tahu kenapa. Itulah kenapa aku bersyukur banget bisa gabung Klub Buku Yogyakarta. Adanya diskusi buku setiap bulan bikin aku beli dan baca buku yg mau dibahas walaupun enggak setiap bulan ❤️❤️

Aku bukan tipe pembaca yg cuma mau baca satu genre tertentu. Jadi aku senang kalau ada rekomendasi buku2 dari kawan2ku. Bener² memperluas bacaanku sih ☺️

Tahun ini aku pasang target 15 buku aja di goodreads, enggak muluk². Setiap bulan 1 buku rasanya sudah menyenangkan melihat kemungkinan banyaknya kegiatan di 2021 ini.

Bagiku, baca buku itu refreshing. Jadi enggak perlu terburu buru atau tertekan harus baca ini itu. Baca yg bikin senang sekaligus nambah pengetahuan, seperti itu menurutku.

Kalau kamu, suka baca buku apa? 😉

Menyusun Rencana 2/30

Bagiku 2020 memang kacau. Tetapi aku nggak sendiri. Sebagian besar dari kita juga merasakan itu. Jadi, aku nggak merana² amat lah meratapi nasib. Hahaha. Meskipun yah, ada iri sedikit memercik melihat teman² ibu muda lain tetap berprogres, sementara aku tiap hari cuma rebahan dan main sama anak.

Kapan lagi gagal melakukan banyak hal tetapi itu bukan karena diri kita? Wakakak

2021 pun rasanya aku enggak mau muluk². Jelas karena kondisi pandemi masih kacau balau. Mungkin karena aku punya anak bayi dan suami yg qadarullah ada komorbid, aku jadi lebih protektif sama mereka dan juga enggak bisa seenaknya kesana kemari meski dengan “protokol kesehatan” ☺️

Pengen dikasih sehat aja aku dan keluarga. Sehat jasmani, rohani, keuangan, isi kulkas, isi dompet, mbanking, gopey, sopipey… *Yee ngelunjak boss 🤣

Cerita Baru 2021 1/30

Setiap awal tahun cuma berhasil di awal2 doang ikut challenge ini hahaha astaghfirullah

Tapi ya enggak apa apa lah, namanya juga usaha yekann. Tahun ini juga coba lagi, di blog aja. Soalnya kalo di IG aku males nyari fotonya 🤣

Mengawali tahun 2021 dengan temani mereka berenang. Alhamdulillah pas sepii. Pengen jalan2 sih tp yaa hujan mulu apa daya~

Pemanasan~

30 Hari Bercerita start now~

Dari Rumah

Sebenernya, seneng banget kalo suami lagi seharian di rumah. Energi jadi gak terkuras habis. Semacam ada boosternya gitu.

Tapi ya tapi. Kalau dia di rumah terus, trus kerjaannya gimana? Kalo nggak kerja, kita makan apa?

Sementara sudah enggak bisa lagi WFH, musti WFO, kadang malah WFF. Work From Field alias ngawas di lapangan. Bhaiiiqq.

Hahaha ada ada saja.

Tapi jadi tahu loh, bahasa cintaku apa. Salah satunya ya itu, Quality Time. Bahasa cinta ini penting buat pasangan supaya kita bisa saling treat dengan baik. Ada 5 bahasa cinta;

  1. Kalimat afirmasi atau pujian
  2. Quality time
  3. Diberi hadiah
  4. Acts of service
  5. Sentuhan fisik

Sebenernya enggak melulu pasangan, ya. Dengan sahabat, orangtua,saudara, bahkan anak, kalau kita tahu bahasa cintanya itu apa, duh bakalan adem ayem deh. Semua merasa diperhatikan. Ceileh. ((Tapijangan disalahgunakan ya bossss))

— dari rumah, suami sdg ke supermarket, anak sdg tidur —

Menerima Lupa [10/30]

Kalau sedang mengamati kelakuan baby R ataupun pas dia tidur, dalam hati aku mencelus. Dia bakal inget nggak ya seumur ini dia gimana…

Nak inget ngga waktu umur sebulan kamu nangis terus, ibu malah ikutan nangis karena bingung di rumah sendirian gak ada yang bantuin nenangin kamu? 😂😂

Continue reading

Hangout (9/30)

Minggu kemarin sehabis ada agenda di resto, aku suami dan anak emang mau niat hangout sama salah satu temen main kami. Yang deket ajalah, Amplaz aja.

Tapi akhirnya aku baru berangkat jam 17 an dari rumah akung utinya baby R. Pakai drama pula ini bocah, muntah abis mandi, jaketnya ketinggalan di rumah. Yaudaa entar beli jaket dulu mampir toko pakaian bayi sebelah Amplaz. 😅

Yess finally sampai di Amplaz dan ketemu onty Uci yang udah betek kali nunggu hahaha. Muter2 nyari tempat makan enak dan bisa naruh baby R ini di sofanya.

Dapetlah di Marugame Udon. Pun aku juga udah penasaran sama udon di sini. Yey… Mam udon~~

Selesai makan ya masihlah ngobrol, ngegosip sana sini, curcol ini itu. Tau2 udah malem aja. Naik sebentar ke Ace gegara butuh raket nyamuk. Lupa lhooo belum foto fotoan 😪

Endingnya fotoan di depen Informa 😂

Sakses terus onty Ucii 💞

#30HBC2009 #30haribercerita